Thursday, July 14, 2011

Apa itu Tahalli

Tahalli berarti menghias. Yakni perkataan lawan bagi takhalli. Sesudah kita mujahadah yakni mengosongkan hati dari sifat-sifat terkeji atau mazmumah, segera pula kita menghiasi hati dengan sifat-sifat terpuji atau mahmudah. Untuk mudah difahami, coba gambarkan hati kita sebagai sebuah mangkok yang kotor. Kemudian mangkok itu dibersihkan. Setelah bersih, jangan dibiarkan kosong. Isi mangkok itu dengan barang-barang yang berharga dan makanan yang lezat. Begitu jugalah dengan hati yang telah dibersihkan dari sifat-sifat mazmumah tadi. Janganlah dibiarkan kosong. Mestilah diisi dengan sifat-sifat mahmudah pula.
Untuk mengisi hati dengan sifat mahmudah, sekali lagi kita perlu mujahadah. Dalam peringkat mujahadah ini, kita masih terasa berat dan susah. Susahnya memerangi hawa nafsu itu karena pada hakikatnya kita terpaksa memerangi diri kita sendiri. Bukankah sebelum ini kita katakan nafsu itu sebagian dari jasad kita, yaitu jasad halus kita (jismul latif). Maknanya belum ada ketenangan dan kelezatan yang sesungguhnya. Bagaimana hendak lezat kalau terpaksa memerangi diri sendiri. Insya-Allah, kalau kita bersungguh-sungguh, lama kelamaan bila ia menyatu dengan hati, di waktu itu akan terasalah lezatnya. Karena setelah kita bersungguh-sungguh, Allah akan membantu sepertimana janji-Nya dalam Al Quran.
Cara-cara mujahadah dalam tahalli samalah seperti kita mujahadah untuk takhalli. Seperti juga orang yang buat latihan senam untuk sehatkan badan. Peringkat awal tentulah terasa letih, menjemukan dan sakit-sakit badan. Tetapi akhirnya nanti, dia akan rasa senang dan terhibur dengan senam itu. Begitulah juga dalam riadatunnafsi ini. Artinya, kita bersenam secara rohaniah. Peringkat awal tentulah jemu dan tersiksa tetapi akhirnya akan mesra dengan tabiat diri kita.
Misalnya, kita mau menghiasi hati dengan sifat pemurah. Maka kita mujahadah dengan mengeluarkan harta atau barang kita, terutama yang kita suka dan sayang, untuk diberi pada yang memerlukannya. Mulanya tentu terasa berat dan payah. Tetapi jangan menyerah. Kita lawan. Ingatkan hati bagaimana orang-orang muqarrobin berebut-rebut untuk dapatkan pahala sedekah. Sayidatina Aisyah r.ha. di waktu tiada apa yang hendak dimakan, beliau coba juga mendapatkan walau separuh kurma untuk disedekahkan. Begitu kuat keinginan mereka pada pahala dan rindunya dengan Syurga. Mereka berlomba-lomba menyahut pertanyaan Allah SWT:
surat:57 ayat:11
Maksudnya: “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperolehi pahala yang banyak.” (Al Hadid: 11)
Setiap kali kita rasa sayang pada harta, setiap kali itulah pula kita keluarkannya. Insya-Allah lama-kelamaan kita akan memiliki sifat pemurah. Begitu juga dengan sifat-sifat mahmudah yang lain seperti kasih sayang, berani, tawadhuk dan sebagainya, perlulah kita miliki. Untuk itu perlulah bermujahadah. Jika tidak, iman juga turut hilang. Sebab iman itu terdiri di atas sifat-sifat mahmudah.

Referensi:

No comments:

Post a Comment

Silakan meninggalkan komentar anda terhadap artikel ini